Jumat, 09 April 2010

Muatan dan Isi Kurikulum.

Oleh : Seknun.M.Faqih.

Isi didefinisikan sebagai pokok materi proses-proses belajar mengajar yang memuat pengetahuan (fakta, konsep, generalisasi, prinsip-prinsip dan lain sebagainya), proses-proses atau skill yang diasosiasikan dengan dasar pengetahuan tersebut juga nilai-nilai yang berkaitan dengan pelajaran atau apapun yang sedang dipelajari. R. Hyman, mendefinisikan bahwa isi terdiri dari : Pengetahuan (fakta-fakta, penjelasan, definisi, prinsip-prinsip), skill dan proses-proses (membaca, menulis, menghitung, menari, berpikir kritis, penetapan keputusan, berkomunikasi) dan nilai-nilai (pemahaman tentang hal baik dan buruk, cantik dan jelek), (Hyman, 1973 : 4).
Sebagai contoh, studi sosial kurikulum tidak hanya akan menyertakan fakta-fakta, konsep, dan generalisasi tertentu saja, tapi juga kemampuan dan nilai-nilai (termasuk perilaku) dari kajian ilmu pengetahuan sosial. Salah satu dokumen kurikulum terbaik untuk mengilustrasikan hal ini adalah Silabus Studi-Studi Sosial Departemen Pendidikan Australia Barat (1981). Dokumen ini disusun menurut tiga untaian pengetahuan, skill, dan nilai-nilai yang disaring dari kajian ilmu pengetahuan sosial. Muatan subjek, dalam terminologi pengetahuan, kemampuan dan nilai-nilai telah terbukti sesuai dengan perkembangan zaman dan diaplikasikan mulai level taman kanak-kanak hingga level perguruan tinggi.
Beberapa tahun yang lalu domain baru penelitian pendidikan telah mendeteksi pentingnya isu muatan kurikulum bagi keefektivan seorang tenaga pengajar. Studi konseptual dan penelitian yang dilakukan oleh Lee Schulman (1986 : 1987) telah diikuti dengan begitu banyak studi yang memeriksa keragaman aspek-aspek yang berkaitan dengan wawasan guru mengenai kajian isi kurikulum. Hasil penelitian-penelitian ini merekomendasikan agar guru sebagai tenaga pengajar harus betul-betul memahami mata pelajaran yang mereka ajarkan, wawasan subjektif, kemampuan dan nilai-nilai yang berhubungan dengan kajian isi. Muatan pengetahuan ini memiliki tiga komponen yang diperlukan guru untuk menjadi praktisi efektif pendidikan :
1.Wawasan Materi Pelajaran ---- Fakta-fakta, prinsip, generalisasi dan hal lainnya yang ditemukan dalam mata pelajaran terkait.
2.Wawasan pedagogis --- metode yang digunakan guru untuk menerjemahkan wawasan materi pelajaran kedalam pemahaman penuh makna bagi pelajar, misalnya; metafora, sajak dan sebagainya.
3.Wawasan Kurikuler --- Memahami kebutuhan-kebutuhan kurikulum akan konteks materi pelajaran yang akan diberikan.
Pemilihan Kontent Kurikulum
Tugas pertama yang mungkin akan dihadapi seorang perancang kurikulum dan dirasanya sulit adalah dalam hal mengembangkan berbagai rekomendasi dan tujuan-tujuan pembelajaran menurut analisis situasional. Hal ini membutuhkan pemilihan kontent setepat mungkin. Ketika pengembang kurikulum mengerjakan pemilihan kontent aktual, pendirian mereka dalam memilih muatan kurikulum cenderung dalam terminologi rangkaian. Pendekatan terhadap pemilihan muatan kurikulum amat bervariasi antara satu penekanan berbasis pengetahuan dan lainnya dengan penekanan pada pendekatan proses di mana skill betul-betul dihargai dan dipandang sebagai bagian integral pemahaman yang efektif.
Pendekatan Wawasan Pokok
Perspektif ini mengklaim bahwa muatan kurikulum memiliki nilai intrinsik tersendiri menurut pengetahuan manusia sebagaimana yang ditentukan oleh disiplin akademik. Dengan kata lain, nilai riil subjek adalah wawasan manusia yang diakumulasikan sepanjang waktu dan ungkapan paling efektif dari pengetahuan ini berada dalam lingkup disiplin akademik. Jadi, ketika kita menciptakan kurikulum sekolah, muatan mata pelajaran harus diambil dari beragam disiplin akademik yang berguna sebagai pegangan siswa dalam kehidupan di masa depan.
Pemahaman akan akumulasi kebijakan disiplin akademik menciptakan titik awal untuk memahami dunia sebagaimana hal nya peran seseorang di dalamnya. Lebih jauhnya, di dunia yang senantiasa berkembang secara konstan, pengetahuan, skill dan nilai-nilai tradisional akan menghasilkan perasaan aman pada diri pelajar. Kebijaksanaan manusia akan terus berakumulasi secara konstan dengan begitu akan selalu diperlukan up date atau penyesuaian seperlunya terhadap kajian muatan kurikulum agar pendidikan senantiasa berkembang dan dinamis.
Pendekatan Proses
Pendekatan semacam ini amatlah cocok diterapkan di masyarakat yang begitu mengagungkan paradigma teknologi informasi dalam kehidupan. Kita mungkin menyadari bahwa dalam beberapa dekade mendatang akan hadir tipe pekerjaan baru yang belum terbayangkan sama sekali pada masa kini. Dengan landasan pemikiran ini kita mencoba mengembangkan dasar pengetahuan kita dan secara konsekuen menciptakan inovasi-inovasi keilmuan yang berguna bagi kemajuan dunia. Dari pada itu, yang diperlukan hanyalah pendekatan yang penekanannya terletak pada penilaian pengetahuan ketimbang mengkoleksinya secara personal.
Pendekatan proses memandang bahwa muatan kurikulum dalam bentuk pengetahuan kuno sebenarnya sudah lama musnah. Pengetahuan semacam itu sudah kadaluarsa bahkan sebelum disebar luaskan di sekolah umum sekalipun. Sebagai contoh, bagi mereka yang masih mempelajari pelajaran geografi tingkat dasar. Di tahun 1960 an muatan pelajaran geografi ini adalah mempelajari negara-negara di dunia, kota-kota besarnya, produk-produk unggulan mereka, hingga kegiatan ekspor impor dan statistik populasi. Sejak saat itu, negara-negara di dunia telah berlipat ganda jumlahnya dan beberapa diantaranya mengganti namanya. Belajar dengan bentuk ini manfaatnya amat sedikit sekali. Tetapi, kemampuan mendapatkan informasi lah yang memiliki nilai lebih, karena dengan kemampuan ini seseorang bisa melakukan penambahan data riil terbaru disamping menjaga relevansi.
Kedua pendekatan ini memiliki kelebihan juga kekurangan-kekurangan, dan kita bisa menperdebatkan bentuk manakah yang paling sesuai. Pada bab ini, dikaji secara spesifik pendekatan berimbang dengan menyadari pentingnya aspek skill dan pengetahuan. Pada kesempatan ini mungkin ada baiknya jika kita menanyakan kembali definisi kontent---kontent dianggap sebagai subjek materi dalam proses belajar mengajar yang menghubungkan wawasan, kemampuan dan nilai-nilai mata pelajaran. Seseorang memerlukan pengetahuan untuk menyusun sebuah perspektif, tapi ia pun harus bisa memperoleh informasi relevan lainnya melalui penggunaan skill yang sesuai.
Kriterian Pemilihan Isi
Michael Apple (1990, 1992, 1993) berpendapat, bahwa pemilihan muatan kurikulum, berikut program-programnya, merupakan suatu proses ideologis, yang melayani minat-minat sekelompok orang atau golongan sosial tertentu. Ketika memilih muatan kurikulum, seorang perancang membutuhkan panduan untuk memastikan jika isinya benar-benar tepat. Kriteria berikut ini menyediakan kerangka kerja untuk memfasilitasi pemilihan muatan kurikulum. Mereka tidak disajikan secara berututan, dan tidak semuanya bisa diaplikasikan secara menyeluruh. Meskipun demikian, kesemuanya memberikan panduan berharga dalam pemilihan muatan suatu kurikulum. Kriteria ini amatlah tepat di mana sekelompok perancang kurikulum harus memutuskan muatan manakah yang harus dipilih untuk memenuhi tuntutan-tuntutan sebagaimana ditawarkan kurikulum. Yang seringkali ditemukan adalah perancang yang banyak mendebatkan isi kurikulum menurut preferensi mereka pribadi ketimbang kriteria substantif.Tidak diragukan lagi bahwa pemilihan isi kurikulum merupakan aktivitas politis, didalamnya, perancang berdebat, bernegosiasi, berargumen, dan melakukan rapat untuk mengontrol kontent yang dimasukkan ke dalam kurikulum.
Kebermaknaan (Significance)
Kriteria kebermaknaan diterapkan jika kontent dinilai dalam hal keutamaannya terhadap pelajaran atau tema yang sedang dipelajari. Jika kontent dinilai berharga, maka ia akan dipertimbangkan dan dimasukkan dalam kurikulum. Bagi kebanyakan perancang, kriteria ini menyertakan keseimbangan yang tepat antara konsep-konsep, ide dan fakta.
Kriteria kebermaknaan bisa diaplikasikan pada semua pokok isi yang dipertimbangkan menjadi bagian kurikulum. Sebagai contoh, kriteria ini bisa digunakan ketika isi didasarkan pada tema, permasalahan, aktivitas, atau bentuk mata pelajaran umum. Tentunya, kriteria ini memiliki segi aplikasi tinggi di mana isi dirasakan sebagai struktur logis dan menemukan aplikasi terbesarnya dalam situasi pengembangan kurikulum yang melibatkan praktisi dan sarjana bidang keilmuan tertentu yang disertakan dalam kurikulum.
Meskipun demikian kriteria ini akan terdengar problematis ketika kita mendapati pertanyaan “bermakna untuk siapa?” Tentunya mereka yang terlibat dalam proses pengembangan kurikulum akan mengajukan perspektif yang berbeda-beda. Banyak ahli berpendapat bahwa dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan kurikulum, yang terpenting adalah muatan apa yang bermakna dan tepat untuk dimasukkan ke dalam kurikulum.
Validitas (keabsahan)
Kriteria penting lainnya untuk diaplikasikan ketika memilih isi kurikulum adalah kriteria validitas. Isi boleh dianggap valid jika autentik atau benar, yaitu jika ukurannya akurat. Tes kebermaknaan validitas dilakukan untuk menentukan derajat keusangan. Di dunia yang selalu berkembang pesat, keusangan muatan adalah masalah yang senantiasa dihadapi perancang kurikulum dan mereka yang mengaplikasikan kurikula. Beberapa mata pelajaran, misalnya matematika, ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan alam, perkembanganya selalu konstan dan cepat.
Kriteria keabsahan isi juga bisa diukur dalam terminologi hubungan antara isi dengan tujuan. Agar isi kurikulum valid, maka ia harus merefleksikan berbagai tujuan yang telah disebutkan. Jika tujuan mengklaim sesuatu sedangkan isi yang dipilih untuk kurikulum mengajarkan hal lain yang berbeda, maka hal seperti ini dikategorikan tidak valid. Pemakaian kriteria validitas ini amat lah penting bagi guru yang menerapkan silabus yang dikembangkan otoritas pendidikan di luar sekolah.
Relevansi Sosial (Social Relevance)
Kriteria ini dihubungkan dengan kontent yang berkenaan dengan nilai moral, idealisme, masalah sosial, isu-isu kontroversial dan lain sebagainya yang dapat membantu siswa menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif. Dalam hal ini perancang kurikulum akan memasukkan kontent yang menggambarkan :
1.Nilai-nilai dan prinsip demokratis
2.Pemahaman kultur kelompok
3.Kecaman dan kepedulian sosial
4.Pemberian kemudahan dalam hal perubahan bermasyarakat
Salah satu aspek problematis dari perkembangan terkini kurikulum nasional adalah derajat kesesuaian antara tujuan-tujuan yang diabsahkan dan statement isi dalam kurikulum nasional. Jika statement kurikulum ini membentuk, atau dapat membentuk basis de facto kurikulum nasional, sebagaimana dipercaya banyak pendidik, akankah mereka menjaga kesinambungan tujuan-tujuan nasional? Kalau tidak, sudahkah mereka menjadi kekuatan penggerak dalam pergerakan kurikulum nasional? Dan jika iya, siapakah yang memiliki mandat untuk menentukan arah?
Sekelompok perancang bisa saja menentukan isi yang dogmatis, condong dan mengikuti keinginan kelompok tertentu. Masalah ini memperkuat signifikasi pemilihan perancang kurikulum, yaitu pada setiap aktivitas pengkonstruksian kurikulum.
Kegunaan (Utility)
Kriteria lainnya yang harus dipertimbangkan ketika melakukan pemilihan isi adalah nilai kegunaan (utility). Kriteria ini tampaknya hampir serupa dengan kriteria kebermaknaan dan relevansi sosial tetapi hubungannya lebih spesifik lagi yaitu dalam terminologi individu pembelajar. Ketika diterapkan dalam kurikulum, kriteria kegunaan berguna untuk mempersiapkan anak didik menghadapi usia dewasa. Secara tidak langsung kriteria ini menyatakan relevansi langsung dan fungsional terhadap pemilihan isi yang mengarah pada perilaku belajar yang diinginkan.
Kriteria ini pun berorientasi individu, menggambarkan konsep nilai atau kegunaan isi bagi individu pembelajar. Kriteria kegunaan menjadi bagian penting yang harus dipertimbangkan ketika isi sedang dikaji sebagai muatan untuk diterapkan.
sebuah kriteria, nilai kegunaan amatlah berharga bagi mereka yang menyokong kurikulum sekolah agar lebih fungsional karena kriteria ini bisa menjadi instrumen dalam menjaga relevansi dunia-nyata di sekolah. Namun demikian, beberapa sekolah dan perguruan tinggi, juga institusi pendidikan lainnya merasa bahwa pendirian ini betul-betul teoritis dari segi keilmuan tetapi mereka pun menerapkannya secara berlebihan dalam kurikulum mereka. Dengan menerapkan kriteria nilai guna dalam proses-proses pemilihan isi kurikulum, perancang akan berharap agar kurikulum bisa lebih relevan, dan memberi pengaruh besar bagi dunia pendidikan.
Penyesuaian terkini dalam konteks kriteria nilai guna menganjurkan agar muatan isi dipilih dengan betul-betul memperhatikan kebutuhan aktual siswa. Siswa akan memerlukan muatan isi yang banyak berhubungan dengan pendidikan sex, pemecahan masalah pribadi, pemahaman multikultural, kesadaran finansial dan lain sebagainya. Kriteria ini berguna untuk pemilihan isi yang berkaitan dengan isu-isu sosial terkini.
Mudah Dipelajari (Learnability)
Kemudahan dipelajari menjadi salah satu prasyarat isi kurikulum agar setepat mungkin muatan yang dikandungnya sesuai dengan kebutuhan sejumlah besar siswa dengan ragam latar belakang dan rentang kemampuan yang berbeda-beda. Dalam kasus ini, jika kita ingin agar muatan kurikulum bisa dijangkau semua golongan siswa, maka perhitungan yang harus dipilih adalah isi yang dicantumkan dalam kurikulum janganlah terlalu rumit bagi kelompok-kelompok belajar ini.
Jelasnya, ada waktu di mana perancang kurikulum merasa was-was seberapa mampu nantinya siswa mengadopsi kontent materi dalam pembelajaran. Menciptakan kurikulum untuk kelompok siswa berwawasan luas membutuhkan modifikasi kriteria jenis ini. Untuk mengurangi persoalan ini, maka dalam menciptakan kontent materi yang berjumlah banyak, seorang atau beberapa perancang kurikulum harus menambahkan muatan terdepan bagi kalangan siswa berintelejensi tinggi, untuk memenuhi keragaman skill dan level kemampuan dalam sebuah kurikulum.
Aspek yang banyak dibahas dalam kriteria ini adalah segi kesiapan siswa. Amatlah sulit bagi perancang kurikulum untuk menduga-duga tingkat kesiapan peserta didik di luar parameter yang lebih luas. Bagaimanapun, guru kelas, bertindak sebagai implementer dan orang yang mengadaptasikan kurikulum, ini merupakan posisi tepat untuk mengetahui level kesiapan siswa. Jadi pertimbangan profesional si guru lah yang akan menentukan tepat atau tidaknya suatu muatan disajikan kepada siswa.
Minat (Interest)
Minat siswa dianggap sebagai bagian penting dalam pemilihan muatan isi kurikulum. Masalah yang berhubungan dengan kriteria minat siswa ini menjadi dilema tersendiri bagi perancang kurikulum ketika menentukan segi kebermaknaan dalam konteks sesungguhnya. Pada level ekstrim perancang kurikulum bisa saja mengabaikan kriteria minat ini. Mungkin mereka akan berpendapat, bahwa mereka sudah tahu semua hal yang berkenaan dengan apa yang harus dipelajari siswa. Yang pasti, posisi ekstrim ini harus memperhatikan segi motivasi siswa. Dalam hal ini, biasanya kontent kurikulum yang dipilih kurang memperhatikan kriteria minat siswa, sehingga akhirnya kurikulum itu tidak berkembang dan terlalu menekankan segi individualistik. Rentang minat siswa amatlah tidak terbatas dan biasanya mereka berada pada tahap peralihan menuju kedewasaan.
Semua kriteria-kriteria ini, kebermaknaan, keabsahan, relevansi sosial, kegunaan, kemudahan dipelajari, dan minat---harus diterapkan oleh perancang kurikulum ketika mereka memilih isi untuk sebuah kurikulum. Guru akan menemukan manfaat semua kriteria-kriteria ini ketika mereka memilih materi dari sebuah dokumen kurikulum, utamanya saat keputusan-keputusan tertentu diperlukan untuk menjalankan program kelas mereka. Jika memungkinkan, semua kriteria ini harus dipertimbangkan, walapun kita beranggapan sebagian saja sudah representatif bagi suatu materi untuk dijadikan isi kurikulum.
Keterbatasan Kurikulum
Ketika memilih muatan kurikulum, perancang dihadapkan pada masalah mendasar---muatan apakah yang musti disertakan dan mana yang harus ditiadakan, hal ini bisa diselesaikan dengan mengkonstruksi pertanyaan : muatan mana yang paling berharga? Semua perancang kurikulum menjawab pertanyaan ini dengan caranya sendiri, baik secara tertulis ataupun melalui forum debat. Muatan yang akan dimasukkan ke dalam kurikulum haruslah benar-benar memuat isu yang dibutuhkan masyarakat, sejalan dengan perkembangan zaman, memudahkan masyarakat untuk mengaksesnya, dan pada akhirnya menciptakan kemajuan bagi masyarakat itu sendiri.
Lingkup Isi Kurikulum
Istilah ruang lingkup berkenaan dengan keluasan dan kedalaman isi materi yang akan dipelajari dari suatu kurikulum. Yaitu, bagaimana muatan isi dirubah pada bagian spesifik tertentu dan derajat kedalaman isi yang tercakup pada rentang waktu tertentu. Titik awal paling berguna ketika berhadapan dengan masalah kontent kurikulum ini adalah dengan mengajukan pertanyaan mengenai hakikat dan keseimbangan muatan isi tersebut. Berikut ini beberapa konsep yang bisa membantu ketika menentukan lingkup isi kurikulum :
1. Waktu merupakan batasan utama ketika menentukan cakupan kurikulum. Keluasan selalu berkaitan dengan pengeluaran biaya, tetapi aplikasi isi nya pun sesuai. Konteks keluasan biasanya menghabiskan waktu belajar yang sangat lama. Keseimbangan yang terlihat antara keluasan dengan kedalaman bisa diselesaikan oleh kekuatan politis dan otoritas kebijakan di sekolah.
2.Gagasan Muatan inti tampaknya bisa diterima kalangan pendidik dan masyarakat. Konsep inti menganjurkan bahwa terdapat pokok isi yang harus dikuasai siswa sebagai hasil sekolah mereka.
3 Cakupan isi juga dipengaruhi oleh ide bahwa sekolah harus menyediakan muatan yang mampu memenuhi kebutuhan khusus anak dan remaja.
4.Penggabungan isi amat didukung untuk memberikan pengertian sesungguhnya pada pelajar. Tanggung jawab pokok untuk mengintegrasikan isi tetap berada di tangan pelajar.
5.Poin akhir yang harus diingat ketika mengkaji cakupan kurikulum adalah mengulang pertanyaan sebelumnya. Yaitu, Muatan apa yang seharusnya dimasukkan dan ditiadakan dari kurikulum? Di masyarakat yang mencabut beberapa tanggung jawab kependidikannya, bisakah kita berharap institusi pendidikan formal menyertakan pengajaran di atas kurikulum yang penuh sesak.
Rangkaian Muatan Kurikulum
Rangkaian diartikan sebagai urutan isi yang disajikan kepada pembelajar sepanjang waktu. Dengan kata lain, muatan isi dipecah kedalam bagian-bagian yang mudah ditangani dan disajikan kepada siswa dalam beberapa variasi penyelesaian. Urutan penyajian bagaian-bagian kepada siswa itu dinamakan pengurutan.
seharusnya isi disesuaikan bagi siswa? Untuk menjawab pertanyaan ini, beberapa pertanyaan penting lainnya harus diajukan, sebagaimana dikemukakan Robert Zais (1976 : 340) :
a.Kriteria apa yang menentukan urutan isi?
b.Apa harus mengikuti apa, dan kenapa?
c.Kapankah siswa harus memperoleh isi tertentu?
Secara tradisional, mata pelajaran telah diurutkan menurut kriteria logis, yaitu pendekatan logis dalam hal penetapan kebijakan terkait. Kenyataannya, hal ini tidaklah lebih dari respon intuitif pada praktik-praktik di masa lalu dan hakikat subjek yang dilibatkan. Dalam dua dekade belakangan ini, ada beberapa prinsip yang dijadikan kriteria pengurutan isi kurikulum :
1.Sederhana hingga kompleks. Pendekatan ini biasanya ditemukan pada mata pelajaran IPA, matematika, tata bahasa, musik, pelajaran bahasa dan pelajaran lainnya yang diajarkan di sekolah. Dalam situasi ini, pengurutan dianggap sebagai kemajuan dari komponen sederhana, kedalam struktur yang lebih kompleks. Untuk memahaminya, anda harus bisa mengkaji aplikasi perkalian, pengurangan, juga penambahan.
2.Prasyarat belajar. Prinsip ini ditemui pada pelajaran yang biasanya memuat konteks hukum dan prinsip-prinsip, semisal fisika, tata bahasa dan geometri. Untuk memahami serangkaian prinsip hukum, siswa harus mendapatkan prasyarat belajar. Sebagai contoh, untuk menerapkan hukum gerakan pada ilmu fisika, seseorang harus terlebih dulu memahami hukum-hukum gerakan.
3.Kronologi. Prinsip ini mengajukan agar pengurutan dilakukan menurut kronologis event-event yang tercatat. Hal ini teramat penting jika seseorang ingin memahami apa yang terjadi pada suatu event, maka ia harus mengkaji beberapa event yang terjadi baik sebelum maupun sesudahnya.
4.Pengajaran dari bagian hingga keseluruhan. Rasional prinsip ini adalah bahwa untuk memahami keseluruhan fenomena, maka seseorang harus memahami bagian-bagian kecil penyusunnya.
5.Meningkatkan pemisahan. Isi bisa diurutkan menurut ide yang dipelajari secara efektif oleh seseorang di mana ia memahami apa yang lebih dekat dan lebih berarti bagi seorang pelajar. Prinsip ini sering diterapkan dalam pengurutan pelajaran di sekolah dasar.
6.Pengurutan spiral. Istilah ini diperkenalkan oleh Bruner (1965) dalam hubungannya dengan pengorganisasian total kurikulum, tetapi prinsip ini lebih sering diterapkan pada komponen-komponen kurikulum yang lebih kecil. Bruner mencatat; “dalam proses-proses pendidikan”, siswa harus diarahkan untuk memahami ide-ide dasar secara berulang, dengan begitu mereka akan membangun pemahaman menyeluruh akan konsep belajar yang dipelajarinya.
Perkembangan Kognitif
Prinsip-prinsip keorganisasian di atas memiliki peran penting dalam mengurutkan muatan kurikulum, bahkan beberapa pendidik menginginkan dasar pengurutan yang lebih empirik. Kinerja psikolog telah memberi begitu banyak sumbangan pada perkembangan isu kognitif dan menjadi dasar teoritis prinsip-prinsip pengurutan ini. Dengan memeriksa pertumbuhan kemampuan siswa, psikolog berpendapat bahwa kita bisa menentukan kapan seharusnya seorang pelajar diarahkan pada suatu materi kurikulum.
Teori perkembangan kognitif yang diusulkan Jean Piaget (1963) mengimplikasikan bahwa urutan isi kurikulum bisa dikoordinasikan dengan tahapan perkembangan intelektual peserta didik. Posisi ini didasarkan pada teori Piaget bahwa pertumbuhan kognitif terjadi dengan pola berututan, yaitu melalui empat tahapan pokok. Dengan cara ini, apa dan bagaimana anak belajar amat ditentukan oleh tahap perkembangan terkini anak. Berikut ini tahapan perkembangan kognitif anak menurut pendapat Jean Piaget :
Tahap Perkembangan Intelektual
Jean Piaget, Bapak psikolog perkembangan, mengidentifikasi empat tahapan utama perkembangan intelektual. Urutan tahapan-tahapan ini tidak dapat diganggu gugat; meskipun usia rata-rata setiap tahapan bisa disebutkan, usia pada setiap tahapan amatlah beragam dan memvariasikan lingkungan kultur dan sosial anak yang berbeda-beda : yaitu, perkembangan intelektual bisa dipercepat atau diperlambat oleh pengaruh lingkungan.
Tahap sensorimotor (dari lahir hingga usia dua tahun)
Gerak badan pada awalnya terpatah-patah dan refleks, dengan perkembangan gradual koordinasi dan pengertian pada konsep ruangan. Anak hanya mereaksi sinyal-sinyal perseptual : jika mainan dilepas dari tangan si anak, ia tidak yakin kalau mainan sudah terlepas dari tangannya. Si anak akan mereaksi situasi-situasi dan bereksperimen dengan hal-hal baru.
Tahap Praoperasional (dua hingga empat tahun)
Kemampuan berbicara meningkatkan level kecerdasan anak. Pada awalnya, anak hanya memberikan respon pada satu objek saja, berikutnya mereka akan mampu merasakan hubungan antara bagian-bagian. Pada tahap ini mereka mengambil pengertian dari apa yang dilihatnya.
Tahap Operasi Konkrit (tujuh hingga dua belas tahun)
Kemampuan untuk mengklasifikasikan, mengurutkan objek menurut ukuran, dan kemampuan membalikkan berkembang pada usia tujuh atau delapan tahun. Kompetensi sosial siswa berkembang sejalan dengan perkembangan berbahasa dan pemahaman akan relativitas berpendapat. Anak mulai memperhatikan masalah-masalah aktual, dan menyelesaikan permasalahan menurut pengalaman yang telah diperolehnya.
Tahap Operasi Formal (dua belas hingga enam belas tahun)
Masa remaja dimulai untuk memecahkan masalah yang bersifat verbal, untuk memahami konsep proporsi dan resiprokasi. Mereka mampu memadukan kapasitas intelektual untuk tujuan-tujuan penerangan. Mereka bisa memanipulasi ide-ide abstrak, dan mereka menjadi tertarik pada istilah kemungkinan ketimbang masalah aktual. Mereka idealistik dan cenderung mempercayai memahakuasakan pemikiran. Kemampuan membedakan mana yang mungkin secara konseptual dan mana yang tidak akan diperoleh pada masa remaja sebagai hasil pengalaman nyata mereka selama hidupnya.
Kesimpulan

Beberpa hal pokok yang dapat disimpulkan setelah mengkaji konteks kurikulum ini adalah :
1.Muatan kurikulum adalah pokok materi proses-proses belajar mengajar, yang memuat pengetahuan, kemampuan dan nilai-nilai yang berhubungan dengan mata pelajaran terkait.
2.Pemilihan isi kurikulum cenderung menekankan pendekatan subjek atau pendekatan proses.
3.Kriteria pemilihan isi yang efektif bagi kurikulum adalah :
a.Kebermaknaan : seberapa pentingkah ia untuk dijadikan materi
b.Keabsahan : seberapa akurat
c.Relevansi : Apakah berguna bagi masyarakat
d.Nilai guna : seberapa besar manfaatnya pada fungsi nilai-nilai kedewasaan
e.Kemudahan dipelajari : bisakah siswa menguasai muatan itu
f.Minat : apakah muatan itu mampu menarik minat belajar siswa
4.Ruang lingkup mencakup keluasan dan kedalaman isi di dalam suatu kurikulum. Ruang lingkup dapat dipengaruhi oleh batasan waktu, inti materi, integrasi kebutuhan khusus, dan total jumlah muatan yang diperlukan.
5.Pengurutan adalah cara materi dipresentasikan kepada siswa menurut rangkaian yang sesuai.dengan perkembangan jaman.


DAFTAR PUSTAKA

• Unwin and, Allen. (1956). Curriculum Development and Design. Sydney. Australia : Murray Print.

Peran Pendidikan Masa Depan Bangsa

oleh . Seknun M. Faqih.
Mhs Pasca Sarjana s3 UPI Bandung.
Jur. Pengembangan Kurikulum..

1. Kunci pembangunan masa mendatang bagi Bangsa Indonesia adalah pendidikan. Sebab dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaanya dan mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Dengan pesaatnya perkembangan Dunia di era globalisasi ini, terutama di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, maka pendidikan nasional juga harus terus -menerus dikembangkan seirama dengan zaman. Pada umumnya sebuah sekolah dan pendidikan bertujuan agar bagaimana kehidupan manusia itu harus diatas, sesuai dengan nilai-nilai kewajaran dan keadaban ( Civility ). Semua orang pasti mempunyai harapan dan cita-cita bagaimana sebuah kehidupan yang baik. Karena itu pendidikan pada giliranya berperan mempersiapkan setiap orng untuk berprilaku penuh keadaban (Civility). Keadaban inilah yang secara praktis sangat dibutuhkan dalam setiap gerak dan prilaku.
Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan ppotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selama ini pendidikan di Indonesia masih menggunakan metode tradisional dan dikotomis ( terjadi pemisahan ) anatara pendidikan yang berorientasi iman dan taqwa ( IMTAK) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ). Pendiidikan seperti ini tidak memadai lagi untuk merespon perkembangan masyarakat yang sangat dinamis. Metode pendidikan yang harus diterapkan sekarang adalah dengan mengembangkan pendidikan yang Integralistik yang memadukan anatara iman dan taqwa ( IMTAK) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ).
Beberapa Definisi mengenai Pendidikan.
M.J. Langeveld (1995) : mengidentifikasi beberapa pengertian ttg pendidikan :
1. Pendidikan merupakanupaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan.
2. Pendidikan ialah usaha mendorong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya, agar bisa mandiri, akal-balik, dan bertanggung jawab secara susila
3. Pendidkan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan bertanggung jawab.
Stella van Petten Henderson : mereka berpendapat bahwa, Pendidikan merupakan kombinasi dari pertumbuhan dan perkembangan insani dengan warisan sosial. Sementara kohnstamm dan Gunning (1995) mendefinisikan pendiddikan adalah pembentukan hati nurani. pendidikan adalah proses pembentukan diri dan penentuan diri secara etis, sesuai dengan hati nurani.Dalam kesempatan yang lain John Dewey ( 1978 ) mengatakan, Education is all one with growing; it has no end beyond itself. ( bahwa pendidikan adalah sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya.) Selain itu dlam pendapat yang lain oleh H.H Horne : Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok sosial melanjutkan keberadaanya memperbaharui diri sendiri, dan memperthankan ideal-idealnya. Dalam Encyclopedia Americana (1978) Dinyatakan : Pendidikan merupakan sebarang proses yang dipakai individu untuk memperoleh a)pengetahuan atau wawasan, atau mengem,bangkansikap-sikap ataupun ketrampilan-ketrampilan. b). Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sisitematis dan intensional dibantu oleh metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu.
Dari belbagai definisi tersebut diatas, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan gejala insani yang fundamental dalam kehidupan manusia untuk mengentarkan anak manusia kedunia peradaban. Pendidikan juga merupakan bimbingan eksistensial manusiawi dan bimbingan otentik, agar anak belajar mengenali jatidirinya yang unik, bisa bertahan hidup, dan mampu memiliki, melanjutkan dan mengembangkan warisan-warisan sosial generasi yang terdahulu.
2. Tujuan dan proses Pendidikan.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberi arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan..Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen pendidikan lainya. Dapat dikatakan bahwa seluruh komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah, sehingga harus dicegah terjadinya. Disini terlihat bahwa tujuan pendidikan itu bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.. Sehubungan dengan fungsi dan tujuan yang sangat penting itu, maka suatu keharusan bagi pendidik untuk memahaminya.kekurangpahaman pendidik terhadaptujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahpahaman di dalam melaksanakan pendidikan. gejala demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis.
3. Unsur-unsur Pendidikan.
Proses pendidikan melibatkan banyak hal anatara lain :.
a. Subyek yang dibimbing ( peserta didik ).. Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. pandangan modern cenderung menyebut demikian oleh karena peserta didik ( tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaanya. selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri ( mendidik diri) secara terus menerus guna memcahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.
b, Orang yang membimbing ( pendidik ).
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelwkasananan pendidikan d3ngan sasaran peserta didik. peserta didik mengalami pendidikanya dalam tiga lingkungan yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkugan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadappendidikan yaitu orang tua, guru, pemimpin program pembelajaraan, pelatihan dan masyarakat / organisasi.
4. tugan dan peran guru dalam proses belajar-mengakar.
kegiatan proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukan oleh Adams & decey dalam Basic of student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, penanya evaluator dan konselor.
Tugas Guru. --- Guru memiliki tugas yang beragam yang berimlementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaaan dan bidang kemasyarakatan. tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajkar, melatih. mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa.
Tugas guru dlam bidang kemanusiaan adalah memposisisakan dirinya sebagai orang tua kedua. dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendknya dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dari diri siswa.
guru adalah posisi yang strategi bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsan yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikanya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan sesorang. Dengan kata klain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru dimasa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari " citra" guru di tengah-tengah masyarakat.
Peran seorang Guru ( a. dalam proses belajar mengajar )..
Terkait dengan pengungkapan diatas, bahwa peran seorang guru sangat signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manejer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator dsb. Yang akan dapat dijelaskan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai berikut:
1) Demonstrator,2)Manajer pengelola kelas 3) mediator/ Fasilitator. 4) Evaluator
b.Dalam Pengadministrasian.... Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai berikut :
1) Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan 2) wakil masyarakat. 3) Ahli dalam bidang mata pelajaran 4) Penegak disiplin 5) pelaksana administrasi pendidika.
c. Sebagai Pribadi.. Sebagai dirinya guru harus berperan sebagai berikut:
1) petugas sosial 2) pelajar dan ilmuan 3) Orang tua 4)Teladan 5) Pengaman.
d. Secara psikologis... .. Peran guru secara psikologis adalah :
1) Ahli psikologis pendidikan. 2) relationship 3) Catalytic / pembaharu 4) Ahli psikologis perkembangan....
Dengan demikian inilah tugas dan tanggung jawab seorng guru, dalam kehidupan sebagai tenaga edukasi, bukan berari segala-galanya guru akan tetapai gurulah yang diangggap sebagai sosok yang ideal dalam percontohan bagi kehidupan pendidikan bangsa dan negara .terutama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dn teknologi sebagai sarana pembangaunan indonesia pad masa-masa yang akan datang... tulisan ini berlanjut... oleh Faqih Seknun... thnks.