Selasa, 26 Januari 2010

program pend & pelatihan.bagi tenaga pengawas dsbg

by. mM. Faqih Seknun


Program pendidkan atau pelatihan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan.Menurut Mondy dan Noe: pendidikan atau pelatihan meliputi aktivitas-aktivitas yang berfungsi meningkatkan unjuk kerja seseorang dalam pekerjaan yang sedang dijalani atau yang terkait dengan pekerjaanya. Pendidikan (education) mencakup kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kompotensi menyeluruh seseorang dalam arah tertentu dan berada di luar lingkup pekerjaan yang ditanganinya saat ini.(Sumber:Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1983:69). Dari gambaran dan pengertian tentang pendidikan dan atau pelatihan yang ada, selanjutnya Dalam hal ini saya mencoba untuk mengangkat tentang tenaga Pengawas. Tugas dan tanggung jawab seorang pengawas.Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan pengawasan sekolah pasti harus diawali dengan penyusunan program kerja .Dengan adanya program kerja maka kegiatan pengawasan dapat terarah dan memiliki sasaran serta target yang jelas. Segala aktifitas pengawasan termasuk ruang lingkup output yang diharapkan serta jadwal pengawasan dituangkan dalam dalam program yang disusun. Hai ini sekaligus menjadi dasar acuan dan pertanggung jawaban pengawas dalam bekerja.
Untuk dapat menyusun program pengawasan dengan baik, seorang pengawas perlu memiliki pemahaman yang komprehensip mengenai ruang lingkup tugasnya, serta kemampuan berpikir sistematis untuk merancang program dan kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga produktif dan member kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan. Materi diklat atau pelatihan dirancang untuk membekali pengawas dalam hal-hal tersebut: dalam pengembangan ini. langkah-langkah penyusunan program pendidikan atau pelatihan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menetapkan pengelola dan staf pembantu program pendidkan pelatihan.
2. Menetapkan tujuan pelatihan
3. Menetapkan bahan ajar pelatihan.
4. Menetapkan metode-metode yang akan digunakan.
5. Menetapkan alat bantu pelatihan.
6. Menetapkan cara evaluasi pelatihan.
7. Menetapkan tempat dan waktu pelatihan.
8. Menyusun rencana kegiatan dan jadwal pelatihan.
9. Menghitung anggaran yang dibutuhkan.
10. Uraian tentang fungsi seorang pengawas
B. Dimensi Kompotensi.
Dimensi kompotensi yang diharapkan dibentuk pada akhir pendidkan dan
pelatihan ini adalah dimensi kompotensi supervise Manejerial
C. Kompotensi yang hendak dicapai.
Kompotensi yang hendak dicapai melalui kegiatan pelatihan ini adalah ag
ar pengawas mampu menyusun kepengawasan berdasarkan visi dan misi
tujuan sekolah.
D. Indikator pencapaian.
Indikator pencapaian kompotensi ini adalah pengaws dapat :
1. Memahami konsep dasar dan tujuan penyusunan program pengawasan sekolah.
2. Menguasai prosedur penyusunan program pengawasan sekolah.
3. Menyusun program pengawasan sekolah secara sistematis.
4. Penyusunan Bahan / materi pelatihan
Bahan yang perlu disiapkan di antaranya adalah:
a. Tujuan belajar dan silabi
b. Bahan ajar dan hand out
c. Pustaka pendukung
d. Komputer dengan fasilitas internet apabila memungkinkan.
e. Alat-alat bantu belajar.
Peran Instruktur: para instruktur berperan penting dalam seluruh kegiatan persiapan ini. Khususnya dalam penyiapan bahan ajar dan segala hal yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Para pengelola dengan staf pembantu menyiapkan segala hal yang bersangkutan dengan proses penyelenggaraan pelatihan atau diklat dalam aspek teknis, seperti penyiapan tempat pelatihan, penginapan, kertas dan alat tulis, dan sebagainya.
5. Pelaksanaan pelatihan.
Pelaksanaan pelatihan atau pendidikan ini mengikuti rencana yang telah ditetapkan. Akan tetapi di da lam pelaksanaannya selalu banyak maslah yang memerlukan pemecahan. Pemecahan masalah sering berakibat adanya keharusan mengubah beberapa hal dalam rencana tetapi perubahan dan penyesuaian apa pun yang dilakukan harus selalu berorientasi pada upaya mempertahankan kualitas pelatihan, menjaga kelancaran proses pelatihan, dan tidak merugikan kepentingan partisipan.Dalam hal ini sebagai patokan penggunaan waktu yang secara sederhana sebagai contoh sebagai mana yang ada di bawah ini :

E. Alokasi Waktu.
No.
Materi Diklat
Alokasi
1.
Konsep dasar dan tujuan pengewasan program pengawasan sekolah
2 jam
2.
Prosedur penyusunan program pengawasan sekolah
2 jam
3
Sistematika dan substansi program pengawasan sekolah
2 jam

F. Skenario.
1. Perkenalan
Perkenalan pada awal pelaksanaan pelatihan, partisipasi perlu memperkenalkan diri, agar dikenal baik oleh instruktur maupun kolegnya sesame partisipan.Instruktur pun perlu memperkenalkan diri.Kesempatan ini dapat digunakan untuk menyampaikan harapan instruktur tentang apa yang perlu dikaukan oleh partisipan agar proses pemebelajaran berlangsung lancar, dan partisipan dpat mengambil manfaat optimal dari pelatihaan, khususunya dari materi yang damunya.
2. Menjelaskan tentang dimensi kompotensi, indicator, alokasi dan scenario pendidikan dan pelatihan menyusun program pengawasan sekolah.
3. Pre-test.
4. Explorasi pemahaman peserta berkenaan dengan penyusunan program pengawasan sekolah melalui pendekatan andragogi
5. Penyampaian materi diklat “
a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis menyimpulkan dan menganalisis dalam suasana diklat yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenagkan, dan bermakna, peranan pelatih lebih sebagai fasilitator.
b. Diskusi tentang indicator keberhasilan penyusunan program pengawasan sekolah.
c. Praktik penyusunan program pengawasan sekolah.
6. Post-test.
Post test atau evaluasi akhir /penilaian dilakukan agar pelatih. Instruktur, penyelenggara pelatihan, bahan pelatihan dan alat bantu belajar, dan program pelatihan. Melihat seperti hal-hal anatara lain:
a. Peserta pelatihan : penilaian bertujuan mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan setiap persiapan sebagai hasil pelatihan.
b. Instrukrur: penilaian bertujuan mengukur kekuatandan kelemahan instruktur dalam pelaksanaan tugas.
c. Penyelenggara pelatihan : Penilaian bertujuan mengukur kekuatan dan kelemahan dalam penyelenggaraan teknis
d. program pelatihan.baha pelatihan dan alat bantu belajar: penilaian bertujuan mengukur keefektifan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pelatihan.
7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalanya pelatihan .
8. Penutup.


Inilah gambaran tugas seorang supervise atau pengawas.

Nana Jawaban NO 4.
Untuk menjawab soal nomor 4 ( empat ) ini terlebih dahulu terdapat beberapa indikator atau kriteria dalam mengembangkan sebuah kurikulum secara baik baik di tingkat SMA maupun Perguruan Tinggi. dan disini dapat memulai dari bebrapa tahapan antara lain :
1. Tahap perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai :
a. Analisis kebutuhan
b. Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
c. Menentukan desain kurukulum, dan
d. Membuat rencana induk / master plan sebagai pengembangan pelaksanaan dan penilaian.
2. Tahap pengembangan : meliputi langkah-langkah :
a. Perumusan rasional atau dasar pemikiran
b. Merumuskan visi , misi dan tujuan
c. Penentuan struktur dan isi program
d. Pemilihan dan perorganisasian materi
e. Pengorganisasian kegiatan pembelajaran
f. Pemilihan sumber, alat dan sarana belajar dan
g. Penentuan cara mengukur hasil belajar.
3. Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah :
a. Pnususnan rencana dan program pemebelajaran ( silabus, Rencana pelaksanaan pembelajaran/ RPP ).
b. Penjabaran materi ( kedalaman dan keluasan )
c. Penentuan strategi dan metode pembelajaran
d. Penyediaan sumber, alat, sarana pembelajaran
e. Penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar dan
f. Setting lingkungan pembelajaran.
4. Tahap penilaian : terutama penilaian dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Untuk Tingkat SMA/ atau di perguruan tinggi disebut UTS dan UAS ). Penilaian kurikulum dapat mencakup konteks, input, proses dan produk( CIPP ). Penilian konteks: memfokuskan pada pendekatan system dan tujuan kondisi actual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian input memfokuskan pada kemampuan sisitem, strategi pencapaian tujuan, implementasi desaign dan kost benefits dari rancangan. Penilaian proses memiliki focus yaitu pada penyediaan informasi untuk membuatkan keputusan dalam melaksanaklan program. penilaian produk berfokuskan pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program ( identik dengan evaliasi sumatif.untuk Level SMA dan Ujian akhir semester (UAS )untuk Perguruan Tinggi.

Untuk menjelaskan indikator atau kriteria diatas, saya membuat satu bentuk penyusunan sebuah kurikulum level perguruan tinggi. Sebagai langkah dalam proses anlysisi. Soal nomor 4 dimaksud.Dan sebagai sampel. Dalam hal ini saya mencoba mengembangkan program perencanaan kurikulum pada FKIP /Fak.Tarbiyah.dilingkungan (STAIN, IAIN, & UIN.) Tapi analisis saya dibatasi pada level FKIP. Dan untuk yang lain dapat disesuaikan dengan kompotensinya masing-masing.
Dalam pengembangkan atau penyusunan kurikulum atau program pendidikan atau pelatihan sebelumnya perlu dilakukan Need assessment terhadap apa saja yang dibutuhkan atau berfungsi sebagai kelengkapan instrument dalam pengembagan program dimaksud, dan akhir dari sebuah program adalah hasil keluaran atau out put yang menjadi bagian terpenting dari program dimaksud. Dan dalam hal ini sebagaimana yang telah dikembangkan dalam empat point diatas, akan ditransformasi kedalam bentuk perancangan sebuah kurikulu baik di level SMA maupun perguruan Tinggi sesuai dengan Akuntabilitasnya. Dari sisi lain, kurikulum sangat bervariasi dalam kelengkapan kompotensinya, mulai dari yang sangat esnsial ( tujuan, pengalaman belajar, dan evaluasi ) sampai dengan komponen kelengkapan lainnya: bahan ajar, media/alat/bahan, sumber rujukan, dan sebagaianya. Kelengkapan dan ketetapan (guru dan dosen) dalam mengimplementaskanya, dan pada giliranya, pembelajaran akan berlangsung seperti yang diinginkan perancang kurikulum, utamanya ketercapaian tujuan kurikulum itu.
Selanjutnya, perancang kurikulum harus berusaha sedemikian rupa agar kurikulum hasil rancangannya itu dipahami secara tepat oleh pemakai kurikulum maupun pihak lain yang terkait dengan implementasi kurikulum ( seperti pengelola yang akan menyediakan prasarana /sarana pendukung implementasi kurikulum). Oleh karena itu, sayoginya digunakan terminology baku yang dipahami semua pihak yang terkait dengan kurikulum itu. Dengan demikian, dapat dihindari penyimpangan yang tidak perlu yang dapat menghambat ketercapaian tujuan kurikulum itu. .

Langkah-langkah penyususnan kurikulum di perguruan tinggi.(FKIP)
1. Menyusun tujuan lembaga ( program studi ) termasuk Visi dan Misi
2. Menentukan jumlah SKS ( S1 antara 144 – 160 SKS )
3. Menentukan struktur program dan porsio SKS nya

MKU = + 10% Jumlah SKS
MKDK = + 20%
MKK = + 60%
PPL = + 10%

4. Menentukan jumlah SKS / semester ( antara 18 SKS – 24 SKS )
5. Menentukan jumlah mata kuliah dan bobot SKS / semester
6. Menentukan mata kuliah wajib tempuh ( prerequisite)
7. Menentukan mata kuliah wajib lulus
8. Menyusun roster
9 Menyusun silabus, diantaranya memuat :
a. Tujuan pembelajaran ( TIU – TIK )
b. Mentuan berbagai sumber bahan untuk memilih sebagai pokok bahasan/ sub pokok bahasan
c. Memilih sisitem penyampaian
d. Menyediakan media yang relevan
e. Mendesain evelauasi hasil belajar.
10.Menyusun handoud.

Penjelasan tujuan lebih rinci berdasarkan analisis bidang masing-masing.
Kurikulum dalam kenyataannya dapat beragam wujud, mulai dari hanya daftar mata pelajaran/ kuliah saja, daftar pelajaran/kuliah disertai dengan garis besar program pengajaran ( GBPP), sampai dengan sesuatu yang lebih rinci dengan beragam nama: seperti silabi ( tunggal: silabus), satuan acara pekuliahan (SAP), dan sebagaianya. Rentangan keterincian itu berkorelasi positif dengan kejelasan program akademiknya, akan tetapi berkorelasi negative dengan keluwesanya: makin terinci kurikulumnya, makin jelas programnya tetapi makin kaku program itu Diperlukan kearifan perancang kurikulum untuk menyimbangkan antara kejelasan dan keluawesan itu, utamanya kurikulum di perguruan tinggi yang sayogyanya harus dapat menampung perkembangan baru dalam bidang sumber bahan ajarnya yakni ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni ( IPTEKS )
Langkah-langkah penususnan GBPP Berdasarkan kompotensi
Langkah-langkah keterangan
1. Deskerpsi kerja : Lulusan diharapkan dapat mengu-
(yang berorientasi profesi) asai apa?
2. Analisis tugas : Menjabarkan no 1.
3. Perumusan kompotensi : orang yang kompotensi dalam hal
apa yang akan dibentuk melelui
Program pendidikan yg diharapkan?
4. Identifikasi pengalaman belajar : Untuk dapat melakukan no.3 maha
Siswa perlu mempelajari apa?
5. Identifikasi topic : dicarikan topic/sub topic yang men
dukung no. 4 diatas.
6. Sumber-sumber belajar : Mencari sumber-sumber belajar
yang relevan.
7. Alokasi waktu : diterapkan berdasarkan pengala –
Man ,luas bahan, kesulitan dsbnya.
8. Penentuan bobot SKS : Tiap-tiap 16 : 1 SKS tatap muka : pra
Ktikum: kerja lapangan= 1:2: 4.
9. Identifikasi nama MT kuliah : Atas dasar rumpun topic ………. Lah
Irlah nama kuliah.

Penjelasan : Kurikulum berdasarkan kompotensi.
Secara garis besar kurikulum berbasis kompotensi yang tertera pada SK Mendiknas No 232, dapat dipaparkan sebagai berikut. Atas dasar empat pilar tujuan pendidikan oleh UNESCO yaitu.
1. LEARN TO KNOW.
Peserta didik memahami sehingga akan terjadi how to learn berikutnya, yang berlangsung secara terus menerus, atau disebut “ long life education” pendidikan seumur hidup atau belajar sepanjang hayat,dalam hadis Nabi : Utlubul Ilma minal mahdi ilal lahdi. Menuntut ilmu itu dari sejak ayunan sampai ke liang lahat. Jika terlihat dari pengertian diatas nampaknya bahwa betapa ilmu pengetahuan itu sangat penting bagi manusia, sehingga seperti yang dijelaskan dalam Alquran : Yarfaillahulaziina aamanuumingkum walajiina uutul Ilma darajaat. Karena betapa ilmu itu sangat penting sehingga inti dari ayat itu, bahwa sesungguhnya Alloh mengangkat orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan beberpa derajat .Nah dengan demikian maka pengesuaan ilmu pengetahuan itu sanagt penting baiak berhubungan dengan dunia maupun akhirat.
2. LEARN TO DO.
Peserta didik dapat berbuat sebagai mana mestinya terutama dalam berbagai pemecahan maslah dalam lapangan hidup yang berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat,. Dalam hal ini peserta didik atau mahasiswa dengan latar belakang ilmu pengetahuan yanag ada dapat memecahkan berbagai masalah apa saja yang terjadi baik di lingkungan ia berada maupun dalam hal umum, secara baik dan benar sesuai dengan harapan masyarakat. Sebagaimana dalam Alquran : “Kuntum khoiroumatin ukhrijatlinaasi ta’muruuna bil ma’ruufi watan hauna anil mungkar”. Bahwa sebaik-baik manusia adalah berguna bagi manusia yang lain dan selalu untuk menyuruh kepada kebajikan dan mencegah kepada kemungkaran . Nah disini implikasi bahwa sebetulnya manusia memiliki peotensi yang sangat luas dang and. Karena memiliki kelebihan akal dan otak untuk memecahkan berbagai problem serta fonomena yang terjadi dan akan timbul di muka bumi ini. Sehingga dalam bentuk learn to do disini pberindikasi yakni belajar untuk memecahkan berbagai persoalan yang terjadi.
3. LEARN TO LIVE TOGETHER ATAU TO LIVE WITH OTHER.
Peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar dan dapat kerja sama. Dalam hal ini peserta didik atau mahasiswa harus memiliki kompotensi dan landasan motif yang tinggi atau filsafat yang kuat akan dalam kehidupan ini harus selalu terdapat hubungan social dengan lingkunagan sekitarnya.sehingga jika di bawa kedalam beberapa pengertian bahasa agama yakni:. Kalu dalam pengertian lain disebut hubungan horizontal dan vertical, atau dalam bahas agama Habalumminalloh wahabalum minannaas. Disini bagaimana pentingnya kita ciptakan hubungan social kita baik sesama sang Kholik (TUHAN), maupun sesama mausia serta sesama alam lingkungannya sekitarnya.
4. LEARN TO BE.
Dimana peserta didik dapat mengembangkan segala aspek pribadinya sehingga menjadi manusia bulat, dan utuh ( the complete fulfillment of man). Nah disini dimana target peserta didik/ mahasiswa bagaimana mengembangkan ilmu penegtahuanya dalam hal-hal positif dan bermanfaat.
Dari empat pilar diatas menunjukan bahwa betapa pentingnya dimensi-dimensi kompotensi bagi manusia itu sendiri, sehingga dikembangkan menjadi lima elemen kompotensi yang disusun menjadi struktur program dalam kurikulum berdasarkan kompotensi. Antara lain :
a. Kelompokn mata kuliah pengembangan ( MKB)
b. Kelomopk Mata Kuliah Keilmuan dan ketrampilan ( MKK )
c. Kelomok mata kuliah berkarya ( MKB)
d. Kelompok mata kuliah perilaku Berkarya ( MPB )
e. Kelompok Mata kuliah Berkehidupan Bermasyarakat ( MBB).
Nah dari berbagai aspek dan latar belakang yang dikembangkan melalui kajian ini, yang diinginkan oleh isi dan muatan sebuah kurikulum akan menjadi bermakna. Dengan demikaian inilah kajian dan analisis bagaimana ketercapaian sebuah program pendidikan melalui kompotensi dalam kurikulum dan muatanya. Selain yang dikemukakan dalam hal ini dapat menyimpulkan dengan apa yang dikembangkan oleh Taba dalam (Sukmadinata ,2008 : 166 ) mengidentifikasi lankah-langkah pengembangan kurikulm yakni,
1. Mendiagnosis kebutuhan
2. Merumuskan tujuan-tujuan khusus
3. Memilih isi
4. Mengorganisasi is
5. Memilih pengalaman belajar
6. Mengorganisasi pengalaman belajar
7. Mengevaluasi
8. Melihart sekuens dan Kesimbangan ( Taba, 1962:347-379).
kalau semua komponen itu tercapai maka akan hasil atau output yang ditargetkan menjadi positif, dan sebaliknya. ini semuanya adalah ketrcapaian keberhasilam belajar siswa dan Mahasiswa. Atau disebut seabagai maseri learning.pemebalajaran tuntas. Harapan yang diharapkan adalah berdapmak positif kepada peserta didik/ mahsaiswa..
Demikian jawaban ini saya buat dengan sesungguhnya dan muda-mudahan dapat bermanfaat, dan jikalau terdapat kekurangan-keruangan, lewat kesempatan ini saya mohon dimaklumi Karena sesungguhnya memiliki keterbatasn. Dan sekian
Wassalamuaalaikum Wr.Wb.
















DAFTAR PUSTAKA.

Dakir ( 2004 ),Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum PT Rineka Cipta Jakarta.
Mujiman Haris ( 2009), Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri,Cetakan ketiga
Pustaka Belajar Yogyakarta.
Pusat Kurikulum.(2002), Pengembangan Silabus Kurikulum Berbasis Kompotensi, Jakarta
Puskur Balitbang Depdiknas.
Rusman (2008) Managemen Kurikulum seri manajemen Sekolah bermutu, Bandung Mulia
Mandiri Press.
Sukmadinata,Syaodih ( 1997 ), Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,PT Remaja
Rosda Karya
Sukmadinata,Syaodih et ol ( 2007 ), Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu pendidikan
Bandung UPI Press.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun (2003) Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta.
http://www.docstoc.com/9364/Penyusunan -Program Pengawasan Sekolah.
http://search.babylyn.com/=web&babsrc=home&q= langkah-langkah Penyusunan
program Pendidikan dan pelatihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar